KH Abdul Chalim Leuwumunding: Pendidikan dan Kiprahnya di NU dan Masyarakat

KH Abdul Chalim Leuwimunding, menurut penuturan putranya, KH Asep Saefudin Chalim, lahir pada 2 Juni tahun 1898 M di Leuwimunding, Majalengka yang dulu masuk Karesidenan Cirebon.

Direktorat PAI Dorong Penguatan Nilai Moderasi Beragama pada Guru PAI SMA/SMK

Buahdua (8/6/2023) -- Cirebon (Direktorat PAI) – Direktorat Pendidikan Agama Islam, melalui Subdit PAI pada SMA/SMK, menyelenggarakan kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Guru Pendidikan Agama Islam jenjang SMA/SMK Tahun 2023.

SMK Islam Yapim Manado Join ToT Wawasan Kebhinekaan

Bekasi-16/06/22 SMK Islam Yapim Manado mengikutsertakan salah satu gurunya dalam pelaksanaan Training of Trainer Wawasan Kebhinekaan bagi para pelatih.

PP Pergunu Ikutkan 16 Calon Master Trainer dalam ToT Wawasan Kebhinekaan

Bekasi-16/06/22 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama mengikutsertakan sekitar 16 guru NU dalam pelaksanaan Training of Trainer Wawasan Kebhinekaan bagi para pelatih.

Aklamasi Konferwil I Pergunu Sulut Lahirkan Bakri sebagai Ketua Terpilih Periode 2022/2027

Manado—(12/02/2022) Perhelatan Konferensi Wilayah I Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Sulawesi Utara telah usai digelar di Gedung PWNU Sulawesi Utara.

Pergunu Sulut Gelar Konferwil I Merajut Konsolidasi Membangun Misi

Manado-(10/02/22) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara rencananya sabtu minggu ini akan menggelar hajatan Konferensi Wilayah untuk pertama kalinya.

SMK Islam Yapim Manado Sabet Finalis 3 Anugerah Indonesia Damai 2021 Kategori Guru Pelopor MOderasi Beragama

Jakarta--SMK Islam Yapim Manado menyabet Finalis 3 Anugerah Indonesia Damai 2021 Kategori Guru Pelopor Moderasi Beragama.

Islam Itu Damai, Anti Kekerasan

Bogor-24/11/2021 Kehadiran Islam di muka bumi merupakan ajaran agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai risalah dan rahmat bagi seluruh alam.

Rekomendasi Guru Pelopor Moderasi Beragama di Indonesia

Manado--12/11/2021 Sejak diterbitkannya Petunjuk Teknis (Juknis) Lomba menjadi Guru Pelopor Moderasi Beragama Tahun 2021

Yaa Lal Wathon: Lagu Magis Lagu Perjuangan Dicipta sebelum Indonesia Berwujud

Manado-05/11/2021. Malam ini saya menghadiri sebuah acara luar biasa yang digagas dan diiniasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia kerja bareng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Nilai Moderasi: Tasamuh - Toleransi

Nilai moderasi ketiga, tasamuh atau toleransi. Sikap toleransi sangat dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Nilai Moderasi: I'tidal - Tegak Lurus

Moderasi Beragama adalah suatu cara pandang atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang.

Relasi Resolusi Jihad dan Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Rakyat dan negeri ini sepatutnya bersyukur atas adanya peristiwa Resolusi Jihad dan Pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya.

Gerakan Moderasi Beragama Berbasis Ekstrakurikuler di SMK Islam Yapim Manado

Abad 21 adalah abad yang penuh dengan tantangan dan harapan.

Membangun Manusia Indonesia Bersama Kiai Asep Saifuddin Chalim

Membangun manusia Indonesia adalah tugas bersama antara warga Negara dan Negara itu sendiri.

Best Practice: Latihan Kepemimpinan dan Bela Negara SMK Islam Yapim Manado

Abad 21 adalah abad yang penuh dengan tantangan dan harapan.Bangsa Indonesia dihadapkan dengan sebuah tantangan yang luar biasa berat yang menuntut kompetensi di semua lini kehidupan.

Pancasila dan Nasib Guru Agama

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata Sanskerta "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip atau asas.

Rohis Gelar Halal Bihalal Bersama Senator Sulawesi Utara

Manado == Rohis SMK Islam Yapim Manado hari ini menyelenggarakan acara halal bihalal secara sederhana.

Gerakan Moderasi di Sekolah Versus Gerakan Merdeka Belajar

Manado, 02/05/2021 Hari ini peringatan Hari Pendidikan Nasional. Adapun tema yang diangkat adalah “Serentak Bergerak Mewujudkan Merdeka Belajar”.

Apa dan Bagaimana ToT Guru Pelopor Moderasi

JAKARTA_Gerakan Moderasi di sekolah memiliki misi membumikan 9 (sembilan) nilai-nilai mulia di kalangan siswa.

Empat Pilar Kebangsaan dan Pendidikan Agama Islam

Inspirasi, Membicarakan Islam di Indonesia seperti membicarakan uang logam dengan dua sisi yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan. Bagaimanapun sejarah keduanya saling bertalian dalam konteks keindonesiaan.

Waka HKI Buka LKBN 2019

Manado, 10/08/2019 == Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Industri, Bakri, M.Pd.I membuka secara resmi kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan dan Bela Negagara (LKBN) OSIS SMK Islam Yapim Manado Masa Khidmat 2018/2019

Rabu, 01 Desember 2021

SMK Islam Yapim Manado Sabet Finalis 3 Anugerah Indonesia Damai 2021 Kategori Guru Pelopor Moderasi

Jakarta--SMK Islam Yapim Manado menyabet Finalis 3 Anugerah Indonesia Damai 2021 Kategori Guru Pelopor Moderasi Beragama. Informasi ini diperoleh setelah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Anugerah Indonesia Damai 2021 di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Selasa (30/10). Kegiatan ini merupakan penutup program BNPT di 2021 yang terkait realisasi program kerja 32 Forum Koordinasi Penanggulangan Teroris (FKPT) di seluruh Indonesia.


Dalam sambutannya Direktur Pencegahan BNPT R. Ahmad Nurwahid mengapresiasi semangat dan antusiasme seluruh peserta yang telah mengikuti lomba. Total ribuan karya terkumpul untuk mengikuti lomba tersebut. Menurutnya, program seperti ini sangat efektif karena merupakan bagian daripada kontra radikalisasi yang isinya kontra narasi, kontra propaganda, dan kontra ideologi, terutama di dunia maya.

Ahmad memaparkan, indeks potensi radikalisme di Indonesia pada 2019 berada di angka 38%. Namun ketika terjadi covid-19 di awal 2020, survei yang dilakukan BNPT pada Oktober-November 2020 menunjukkan adanya penurunan indeks potensi radikalisme menjadi 12,2%. "Artinya, salah satu faktor penurunan diakibatkan karena masifnya masyarakat yang tadinya tidak menggunakan media sosial termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat, mereka masif melakukan dakwah melalui media sosial, YouTube, dan lain-lain," ujar sang jenderal yang mantan radikalis itu.

Sementara itu Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Moch Chairil Anwar menyebut situasi pandemi covid-19 tidak mengurangi animo para peserta lomba tahun ini yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Rinciannya, pada lomba guru pelopor moderasi beragama terkumpul 3.509 karya, lomba microblog dan infografis 3.654 karya, lomba video kreatif 1.073 karya, dan pengumpulan karya tulis bunga rampai terkumpul 198 karya.

Sulawesi Utara yang diwakili oleh Bakri dari SMK Islam Yapim Manado menempati posisi finalis 3 dalam Anugerah Indonesia Damai 2021 ini. Sepuluh peserta terbaik dalam ajang ini telah menyisihkan ribuan peserta lainnya dari seluruh Indonesia dan satu peserta dari negeri jiran Malaysia.

“Ajang ini adalah langkah awal bagi sahabat guru pelopor moderasi beragama untuk terus berpikir dan bergerak bersama dalam pengarusutamaan moderasi beragama di Indonesia untuk Indonesia yang harmoni,” demikian sambung Bakri yang dikenal sebagai Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kota Manado  sekaligus Sekretaris AGPAII Sulawesi Utara. Sementara itu Rosmiaty Limonu selaku Kepala SMK Islam Yapim Manado mengatakan, pihaknya merasa bangga dan senang memiliki guru yang memiliki inovasi dan dedikasi tinggi terhadap sekolah dan terlebih terhadap NKRI. “Semoga nilai-nilai moderasi beragama ini bisa diaplikasikan lebih massif lagi, terlebih bisa didesiminasikan ke lingkungan sekolah lainnya,” demikian imbuhnya.

Untuk info pemenag 10 Terbaik silahkan akses tautan di bawah ini:

https://www.gupaymoderasi.com/p/pemenang-anugerah-indonesia-damai-2021.html

https://www.youtube.com/watch?v=HkEGgokfGXA

 

 

Rabu, 24 November 2021

Islam Itu Damai, Anti Kekerasan

Bogor--(24/11/2021) Kehadiran Islam di muka bumi merupakan ajaran agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai risalah dan rahmat bagi seluruh alam.  Islam sebagai agama yang sangat dekat dan akrab dengan kita sesama manusia, alam dan penciptanya. Kehadiran agama Islam di tunjukkan untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat  demi mencapai tujuan hidup manusia damai sejahtera, selamat di dunia dan akhirat.

Islam secara bahasa berasal dari kata 

bahasa arab, salima yang berarti selamat sentosa. Berasal dari kata salima, dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, patut, tunduk, dan taat. Kata aslama kemudian menjadi kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokok. Oleh karenanya orang yang melakukan aslama atau masuk Islam dinamakan muslim yang berarti orang yang berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Taat kepada aturan agama Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW dalam rangka menuju terciptanya kedamaian dan keselamatan hidup di dunia dan juga di akhirat.

 

Islam sebagai agama kasih sayang,

 

yang rahmatan lil’alamin, mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menciptakan perdamaian dalam  kehidupan. Tatanan konsep pendidikan dan kehidupan  Islam yang damai, anti kekerasan terdapat dalam al Qur’an antara lain di Q.S. Ali ‘Imran ayat 159, QS. Al Ma’idah ayat 32, dan QS. Al Anbiya’ ayat 107.

 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

 

Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa

 

siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.211) Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.

(Al-Mā'idah [5]:32)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

 

Tafsir tahlili ayat tersebut yaitu

 

(32) Pada ayat ini diterangkan suatu ketentuan bahwa membunuh seorang manusia berarti membunuh semua manusia, sebagaimana memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara kehidupan semua manusia. Ayat ini menunjukkan keharusan adanya kesatuan umat dan kewajiban mereka masing-masing terhadap yang lain, yaitu harus menjaga keselamatan hidup dan kehidupan bersama dan menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain. Hal ini dapat dirasakan karena kebutuhan setiap manusia tidak dapat dipenuhinya sendiri, sehingga mereka sangat memerlukan tolong-menolong terutama hal-hal yang menyangkut kepentingan umum. Sesungguhnya orang-orang Bani Israil telah demikian banyak kedatangan para rasul dengan membawa

 

keterangan yang jelas, tetapi banyak di antara mereka itu yang melampaui batas ketentuan dengan berbuat kerusakan di muka bumi. Akhirnya mereka kehilangan kehormatan, kekayaan dan kekuasaan yang kesemuanya itu pernah mereka miliki di masa lampau.

 

Jadi jika ada suatu kelompok tertentu atau orang-orang tertentu menjadikan Islam sebagai agama kekerasan, radikalisme. Mereka lakukan itu hanya untuk mendapatkan tujuan dan keinginannya. Ambisi mereka untuk menjadikan Islam sebagai agama yang anti kekerasan, membuat pandangan yang buruk bahkan menunjukkan kebingungan tersendiri diantara para pemeluk agama lain. Sedangkan Islam

 

telah jelas mengajarkan tentang kedamaian bukan kekerasan.

 

Jika kita lebih mendalami, kita tidak dapat mengklaim bahwa Islam adalah agama kekerasan. Bagaimana Islam dapat dikatakan  kekerasan, karena kekerasan itu tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Islam berarti berserah diri kepada Tuhan, di sisi lain menciptakan perdamaian. Perdamaian itu sendiri dalam bahasa arabnya adalah "Salam". Ketika seorang muslim menyapa orang lain dengan ucapan "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", itu artinya seorang muslim telah menyebarkan salam, menyebarkan keselamatan, rahmat, keberkahan dan kedamaian. Sehingga mewujudkan ketenangan, perdamaian dalam masyarakat sebagai

 

kewajiban agama bagi seorang muslim di seluruh dunia.

 

Seseorang yang berserah diri kepada kehendak Allah dan Sang Pencipta dan menciptakan perdamaian itulah sejatinya muslim. Dengan demikian Islam itu damai, Islam itu mewujudkan perdamaian dan muslim berarti orang yang mewujudkan perdamaian melalui kata-kata, tindakan, sikap dan perbuatannya, bukan dengan kemarahan dan kekerasan.

 

Islam adalah agama yang membawa kedamaian, dapat kita fahami dlam sejarah saat Rasulullah saw menyiarkan agama Islam pertama kalinya di jazirah arab, sebelumnya para penduduk arab berada dalam masa jahiliah, yakni masa

 

kegelapan. Masa dimana para penduduk arab masih menjadi manusia yang lalai, suka mabuk-mabukan, berzina, suka melakukan perbuatan dosa, berjudi dan bahkan melakukan kekerasan, bayi perempuan ketika lahir pada saat itu di bunuh dan dikubur hidup-hidup. 

 

Rasulullah SAW datang dengan membawa risalah kedamaian, wahyu pertama kali Allah SAW turunkan melalui Malaikat Jibril di gua hira kepada Nabi Muhammad SAW, telah mengubah dan memperbaiki pola pikir dan cara pandang para penduduk arab menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya dengan tatanan Islam.

 

Islam adalah agama yang mencerahkan kehidupan. Baik dalam hubungannya

 

dengan Allah serta melahirkan kebaikan-kebaikan pada kemanusiaan. Selain itu, Islam juga menyebarkan tradisi membaca (iqra). Menyebarkan tradisi membaca atau literasi bagi umat Islam. Pentingnya literasi agar kita mempunyai nalar iqra, tradisi keilmuan, cerdas lahir batin dan menjadi ahli fikir.

 

Islam datang dengan membawa kedamaian, tidak hanya pemeluknya saja melainkan untuk semua agama yang berada di dunia ini. Islam rahmatan lill 'aalamiin.

   

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

(Guru PAI SMAN 1 Cogombong Bogor)

Bogor, 17 November 2021

Sabtu, 13 November 2021

Qudwah (Kepeloporan/Keteladanan) dalam Moderasi Beragama

  

Bogor--13/11/2021 Qudwah itu panutan atau suri tauladan. Al qudwah juga berarti Al qadwah, Al qidwah, dan Al qidyah yang bermakna ‘apa-apa yang telah engkau ikuti dan engkau biasa dengannya.’ Al qudwah juga bermakna Al uswah (contoh).

 

Nama qudwah berasal dari bahasa arab dengan huruf awal q dan terdiri atas 6 huruf.  Kata qudwah memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna panutan, suri tauladan, contoh, teladan, bisa digunakan untuk nama bayi (nama anak), nama perusahaan, nama merek produk, nama tempat, dan lain sebagainya.  Kata qudwah yang bermakna panutan, suri tauladan; contoh, teladan ini boleh kita gunakan selama arti qudwah tidak berkonotasi negatif di lingkungan tempat tinggal kita.

 

Kajian kitab 10 Qowaid Fii Tazkiyatun Nafs yang membahas tentang kaidah keempat yaitu, اتخاذالأسوةوالقدوة (menjadikan uswah dan qudwah). Perbedaan kedua hal tersebut yaitu terletak pada bentuknya. Seperti uswah yang memiliki arti panutan yang bersifat ilmu pengetahuan dan akhlak. Sementara qudwah memiliki arti panutan yang bersifat perbuatan. Namun, keduanya sangat berat untuk dilakukan. Sehingga yang perlu kita jadikan panutan adalah para rasul, terutama Rasulullah SAW, teladan kita semua.

 

Tentang uswah dan qudwah tersebut difirmankan Allah SWT dalam Qs. Al-Ahzab ayat 21 yang artinya "Sungguh ada dalam diri Rasulullah uswatun hasanah bagi seseorang yang mengharapkan Allah, hari akhir, dan zikir kepada Allah."

Menurut  tafsir Ibnu Katsir,

(Ibnu Katsir, jilid 6, hlm. 391) bahwa ayat ini merupakan pedoman bergaya hidup. Dengan pedoman itu seseorang dapat mengontrol diri dan selalu sadar untuk mengintrospeksi kesesuaian gaya hidup sehari-harinya sebagai hamba Allah yang saleh. Ayat tersebut  merupakan pokok paling besar di dalam penjelasan tentang keteladanan Rasulullah saw dalam ucapan, dalam perbuatan dan dalam sikap-sikapnya. Sehingga keteladanan pada diri Rasulullah merupakan totalitas. Dan ketika kita mengikuti ajaran beliau, itu merupakan bukti cinta kepada Allah.  Kita tidak dapat melakukan tazkiyatun nafs jika tidak mengikuti sunah nabi.

 

Keteladanan (qudwah/uswah hasanah) dijadikan sebagai metode dalam pendidikan Islam secara psikologi didasarkan akan fitrah manusia yang memiliki sifat gharizah (kecenderungan mengimitasi atau meniru orang lain).

Al quran memberikan petunjuk pada manusia kepada siapa mereka harus mengikuti dan meneladani agar mereka tidak tersesat.

Seseorang menjadi berakhlak dan berbudi pekerti baik,  tidak cukup hanya dengan mengajarinya tanpa ada unsur keteladanan di  dalamnya. Karena itu salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan dalam UU Sisdiknas pada pasal 4 adalah pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan. Dan ini penting sekali untuk dilaksanakan oleh kita semua.

 

Tanggung jawab mendidik sebagai seorang pendidik sangatlah penting. Pendidik harus mampu menanamkan cinta agama, pendidikan akhlak yang mulia, berkepribadian luhur, mempunyai kompetensi tinggi dan semangat kebangsaan kepada peserta didiknya. Mengapa? agar generasi muda Indonesia ke depan akan menjadi generasi yang tidak hanya cerdas lahir batin, produktif, inovatif, kreatif dan religius.

 

Seorang budayawan pernah mengatakan bahwa seorang anak yang rajin membaca bukan karena disuruh membaca, tapi karena selalu melihat orang tuanya membaca. Seorang anak berakhlak santun karena keteladanan orang tua, guru dan linkunga sekitarnya mengajarkam kesantunan dan kemuliaan akhlak. Orang tua adalah prototype yang dicontoh anak. Ini senada dengan perkataan lisanul hal afshahu min lisanil maqal  (bahasa perbuatan lebih fasih daripada bahasa lisan). Perbuatan lebih mengena daripada sekedar kata-kata.

Seorang anak kecil yang belum sanggup berbicara dan memahami perintah lisan  pun dapat meniru pekerjaan yang sering mereka lihat dan saksikan.  Anak balita mengikuti bagaimana orang tua dan lingkungan keluarga mendidiknya. Memang ada kecenderungan manusia untuk lebih mudah meniru perilaku orang lain daripada menaati perintah lisan. Hasil tiruan yang berulang-ulang inilah, disadari atau tidak akan perlahan membentuk sikap dan karakter seseorang. Dan ini dimulai dari rumah dan keteladanan yang diberikan orang tua dan anggota keluarganya.

 

Melatih sikap, membentuk kepribadian dan menanamkan nilai pada seseorang dengan cara memberikan contoh atau teladan,  apalagi melalui keteladanan kolektif lebih efektif dibandingkan hanya sekadar instruksi lisan, karena orang pada dasarnya tidak senang disuruh-suruh, tidak senang diatur-atur, atau merasa terlalu diawasi melalui peraturan yang ketat, bahkan terkadang muncul pengulangan-pengulangan perintah. Senada dengan sebuah pendapat yang mengatakan bahwa semakin banyak peraturan yang dibuat oleh negara, semakin menunjukkan bahwa Negara itu lemah, karena itu yang dibutuhkan bukan semata-mata aturan, tapi pembudayaan hukum.

 

Mendidik dan mengajari seseorang tanpa ada keteladanan di dalamnya, serupa dengan orang yang melakukan amar ma’ruf tapi dia sendiri tidak mengamalkannya. Seandainya memerintahkan orang lain  berbuat kebaikan yang kita sendiri tidak amalkan tetaplah sebuah kebaikan. Dalam QS. Ash-Shaff: 2-3 yang artinya  “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” Oleh karena itu, seorang pendidik seyogyanya tidak hanya sebagai seorang pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi teladan atau uswah, sebagaimana juga disebutkan dalam UU Sisdiknas pada pasal 40 tentang kewajiban pendidik, yaitu salah satunya memberi teladan.

 

Menilik tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan seterusnya, maka tidak cukup hanya dengan mengajarkan peserta didik ilmu pengetahuan yang menjadikan mereka cerdas dan berilmu,  tapi harus disertai keteladanan dalam mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian yang baik. Memberikan contoh kebaikan untuk diteladani adalah aset bangunan pendidikan yang kokoh, karena itu disebutkan dalam hadits “Barangsiapa dalam Islam memberikan contoh kebaikan maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya” (HR. Muslim). Begitu pula dalam hadits yang lain“Barangsiapa menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukan kebaikan itu”(HR. Muslim)

 

Kita berharap adab dan akhlak yang baik serta nilai-nilai kejujuran menjadi teladan yang semakin tumbuh, berkembang dan dilestarikan di semua lingkungan pendidikan khususnya pendidikan formal yang saat ini lebih banyak dipercayakan untuk memikul beban pendidikan.  Fungsi Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional tentunya.

 

Prinsip qudwah dengan memberikan teladan kepada orang lain untuk diikuti atau bahkan diduplikasi sedekat mungkin dengan Rasulullah saw. Qudwah hasanah dari prinsip tersebut diterapkan dari level personal sampai ke level komunitas, di satuan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Maka ke depannya tentu akan mencetak calon pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab, amanah dan berani membawa masyarakatnya menuju kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan sampai di level bernegara. Qudwah yang menjadi karakter dalam nilai-nilai moderasi beragama ini, jika dikaitkan dengan konteks sosial kemasyarakatan, maka memberikan pemaknaan bahwa seseorang atau kelompok umat Islam dapat dikatakan moderat jika mampu menjadi pelopor atas umat yang lain dalam menjalankan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

Kepeloporan ini harus terus menerus disosialisasikan dari contoh-contoh keteladanan Rasulullah saw, para sahabat, para tabi'in dan para Ulama pewaris Nabi.

 

Indikator qudwah(kepeloporan) dalam nilai-nilai moderasi antara lain bisa menjadi contoh/teladan di lingkungannya, mau berintrospeksi jika berbuat kesalahan atau mengevakuasi di setiap kegiatan, tidak suka menyalahkan orang lain, memulai langkah baik dari diri sendiri dan menjadi pelopor dalam kebaikan seperti menjaga kelestarian lingkungan dan alam sekitar.

 

Komitmen seseorang terhadap moderasi beragama akan terlihat dari sejauh mana seorang tersebut mampu menjadi qudwah (teladan atau pelopor) dalam menciptakan kehidupan damai, aman, tenteram, menghargai orang lain, yang berorientasi pada nilai-nilai keadilan. Dengan kata lain qudwah dalam sembilan nilai moderasi beragama ini memiliki ciri- ciri dapat memberikan contoh/teladan, memulai langkah baik dari diri sendiri dan menjadi pelopor dalam berbuat baik untuk kepentingan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepeloporan seseorang harus terus berjalan berkesinambungan dan berkelanjutan membawa kemaslahatan untuk umat manusia.

 

Teladan dan kepeloporan bisa dimulai dari diri sendiri, dari keluarga dan dari tempat tinggal lingkungan kita berada. Pelopor moderasi beragama dengan nilai-nilai yang dijalankan sesuai ajaran agama Islam.

Islam yang ramah bukan marah.

 

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

Guru SMAN 1 Cigombong Bogor

 

Bogor, 13 November 2021

Jumat, 12 November 2021

Rekomendasi Guru Pelopor Moderasi Beragama Indonesia

 


Manado--12/11/2021 Sejak diterbitkannya Petunjuk Teknis (Juknis) Lomba menjadi Guru Pelopor Moderasi Beragama Tahun 2021, praktis ajang lomba Guru Pelopor Moderasi ini dimulai. Juknis dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT-RI) yang ditandatangani oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE., MM. Dalam juknis dijelaskan bahwa lomba Guru Pelopor Moderasi Beragama merupakan lomba yang ditujukan untuk mengetahui keaktifan / kepeloporan Tenaga Pendidik dan Kependidikan pada tingkatan PAUD, RA/TK, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA sederajat dalam menumbuhkembangkan moderasi beragama di sekolah.

Menilik batasan pengertian lomba Guru Pelopor Moderasi Beragama yang diberikan BNPT dapat disimpulkan bahwa badan yang satu ini menginginkan adanya keaktifan dan kepeloporan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam upaya mengarusutamakan, mempopulerkan atau mengampanyekan, dan yang paling utama adalah menciptakan produk moderasi beragama dan mendorong orang lain untuk menerapkan perilaku moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga sekolah, masyarakat, dan warga Negara yang baik. Ing Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Demikian buah pikiran Ki Hajar Dewantoro sosok Bapak Pendidikan Indonesia. Ketiga semboyan pendidikan itu mengandung arti “di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan, dan di belakang memberi dorongan dan pengaruh.”  

Tiga semboyan di atas adalah semboyan keramat bagi setiap guru Indonesia. Dengan memahami saripati semboyan ini, setiap guru akan melakukan langkah terbaik dalam hal upaya menjadi guru yang hebat, guru yang berdaya, guna terciptanya siswa yang berjaya. Melalui inseminasi atau penanaman nilai-nilai moderasi beragama di sekolah diharapkan guru mampu tampil sebagai teladan atau contoh. Guru mampu membangun karsa atau kemauan peserta didik untuk mengenal dan mempraktikkan nilai moderasi beragama, dan guru dituntut untuk terus mendorong dan mempengaruhi peserta didiknya untuk tetap istiqomah atau memiliki sikap komitmen dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungannya.

Hal ini adalah proses dan perjuangan yang panjang. Perjuangan yang menuntut energi kesetiaan warga Negara terhadap bangsa dan negaranya. Adanya lomba Guru Pelopor Moderasi Beragama adalah salah satu ikhtiar pembuka dengan harapan melalui titik sekolah ini, nilai-nilai moderasi beragama ini bisa cepat tersebar secara massif dengan tingkat akselerasi yang baik. Lomba sendiri digelar dari 5 Maret hingga 14 November 2021. Durasi waktu lomba yang cukup panjang dan menuntut keistiqomahan peserta dalam berkarya dan mencipta produk-produk moderasi beragama. Beberapa hari lagi kegiatan lomba ini akan berakhir, namun spirit dan passion untuk mendesiminasikan nilai-nilai moderasi tidak boleh berhenti. Lomba ini bukanlah style dan fassion semata.

Prof. KH. Asef Saifuddin Chalim, MA mengatakan untuk menjadi guru haruslah ikhlas dalam mendidik karena tanggungjawabnya dunia akhirat, karena itu jadilah guru terbaik atau tidak sama sekali. Untuk tetap istiqomah atau komitmen dalam mengarusutamakan nilai-nilai moderasi adalah bagian langkah yang harus ditempuh guru untuk menjadi guru yang terbaik. Setiap guru harus memiliki daya tahan dan daya juang serta semangat militansi dalam berjihad menumbuhkembangkan nilai-nilai moderasi beragama dalam dada setiap peserta didiknya. Dengan demikian guru tidak hanya mengajarkan pentingnya pengetahuan dan ketrampilan semata tapi juga melakukan transfer of value.

Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan lomba ini adalah (1) tenaga Pendidik dan kependidikan semakin tergerak untuk secara aktif menumbuhkembangkan moderasi beragama di lingkungan sekolah, (2) terhimpunnya beberapa kegiatan para tenaga pendidik dan kependidikan dalam upaya menumbuhkembangkan moderasi beragama di lingkungan sekolah, dan (3) sekolah menjadi model penerapan moderasi beragama di lingkungan masyarakat. Untuk menjaga hasil, melestarikan, dan mengembangkan capaian ini, penulis memberikan catatan dan rekomendasi Guru Pelopor Moderasi Beragama 2021. Di antara butir rekomendasi itu adalah:

  1. Lomba Guru Pelopor Moderasi Beragama, kiranya dimasukkan dalam kegiatan kalender tahunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran-DIPA BNPT-RI.
  2. Pemenang lomba GPM 2021, tidak dibenarkan mengikuti lomba GPM 2022 sehingga membuka kesempatan dan potensi peserta  lainnya.
  3. BNPT-RI menfasilitasi karya pemenang untuk dikonversi menjadi karya tulis dalam bentuk buku dengan melibatkan para editor ahli.
  4. BNPT-RI membangun kerjasam dengan organisasi profesi guru di Indonesia.
  5. BNPT-RI membentuk Gugus Tugas Guru dalam Pencegahan Terorisme di daerah dan memasukkan gugus tugas ini dalam struktur FKPT Provinsi untuk memudahkan koordinasi.
  6. BNPT-RI dapat berkolaborasi dengan Kemendibud Ristek dan Kemenag RI untuk memasukkan materi Pendidikan Anti Terorisme dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
  7. BNPT-RI mendorong FKPT daerah untuk membangun komunikasi dengan Dinas Pendidikan Daerah sehingga keberadaan Guru Pelopor Moderasi Bergama diakui keberadaannya.

 

Salam Moderasi Beragama!!

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado

Minggu, 07 November 2021

Yaa Lal Wathon: Lagu Magis lagu perjuangan sebelum Indonesia Berwujud

 

Manado-05/11/2021. Malam ini saya menghadiri sebuah acara luar biasa yang digagas dan diiniasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia kerja bareng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Acara ini adalah Workshop Pemimpin Agama dan Penggerak Gerakan Nasional Revolusi Mental dan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Sulawesi Utara. Acara serupa pernah saya ikuti sekitar empat tahun lalu tepatnya pada tahun 2017. Saat itu saya hadir benar-benar murni sebagai peserta MKNU yang harus duduk disiplin mengikuti acara dengan durasi minimal 36 jam itu. Alhamdulillah malam ini kembali saya bisa menikmati situasi yang sama meskipun bukan lagi sebagai peserta namun hanya sebagai “penggembira”.

Acara malam ini dilaksanakan di salah satu hotel terkenal di Manado. Tempatnya strategis di bilangan pusat kota Manado yang multikultural. Di tempat ini selain bersilaturahim dengan sesama warga nahdliyin saya bisa kembali merefresh pengetahuan saya terkait dengan materi-materi inti MKNU yang luar biasa. Hebatnya materi ini juga disampaikan oleh narasumber-narasumber pusat dari PBNU yang juga luar biasa. Malam ini saya menikmati uraian komprehensif dari Drs. H. Sulthonul Huda, M.Si dan Dr. H. Endin AJ Soefihara, MMA. Keduanya luar biasa mampu menyampaikan materi yang berat dengan ringan, bersahaja, dan lucunya pasti khas NU. Kira-kira miriplah dengan stand up comedy namun penuh dengan isi dan gizi yang penting untuk nutrisi isi kepala saya yang mulai melemah ini. Adapun materinya adalah arah cita-cita  dan strategi perjuangan NU 2015-2026 dan Review perjalanan satu abad NU 1926-2026.

Ditengah-tengah acara kami diminta berdiri untuk menyanyikan sebuah lagu yang tidak asing lagi buat saya dan warga nahdliyin lainnya. Lagu itu adalah Syubbanul Wathon (Pemuda Cinta Tanah Air) yang lebih familiar disebut Yaa Lal Wathon. Lirik lagu ini diciptakan langsung oleh K.H. Wahab Hasbullah salah satu kiai besar pendiri Nahdlatul Ulama. Lagu ini tercipta sebagai lagu perjuangan rakyat di tahun 1934 dengan berbahasa Arab. Jika menelisik isi lagu kita dapatkan didalamnya terdapat sebuah ekspresi atau ungkapan mendalam tentang nasionalisme. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang ingin digelorakan oleh sosok sang kiai. Benih-benih cinta tanah air ini akhirnya bisa menjadi energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas sehingga perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan sebuah bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan.

Slogan hubbul wathon minal iman sendiri adalah potongan lirik yang terdapat dalam lagu ini. Ungkapan ini menjadi begitu popular  mengalahkan judul lagunya sendiri. Cinta tanah air bagian dari iman, bahasa kerennya nasionalisme bagian dari iman itu sendiri.  Siapapun yang pernah menghafal lirik lagu ini dan menyanyikannya pasti akan merinding  karena spirit dan magis liriknya. Jauh sebelum Indonesia merdeka lagu ini telah eksis di pesantren-pesantren khususnya pesantren Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama telah mengajarkan bab hubbul wathan jauh sebelum Indonesia menjadi sebuah bangsa dan Negara yang berdaulat. Kesimpulannya Nahdlatul Ulama sedari dulu telah memiliki visi yang jelas terkait dengan wilayah Nusantara yang harus menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai kapanpun. Karena NKRI adalah Negara kesepakatan, siapapun yang melanggar kesepakatan adalah penghianat bangsa. Dari dulu hingga sekarang satu-satunya organisasi masyarakat (ormas) yang getol menyuarakan NKRI harga mati hanyalah Nahdlatul Ulama. Mari kita simak dan dengarkan bersama lagu hasil istiqarah sang kiai.

Salam Moderasi Beragama!!

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado

Jumat, 05 November 2021

Nilai Moderasi: Tasamuh - Toleransi

 

Nilai moderasi ketiga, tasamuh atau toleransi. Sikap toleransi sangat dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Dengan sikap toleansi kita dapat menciptakan kehidupan yang damai, aman, nyaman, dan penuh tenggangrasa atau teposliro dlam bahasa jawa. Kata tasamuh sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tasamuh artinya kelapangan dada, keluasan pikiran, dan toleransi itu sendiri.

Tasamuh adalah sikap menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapi, misalnya toleransi dalam agama ialah sikap saling menghormati hak dan kewajiban antaragama. Tasamuḥ dalam agama bukanlah mencampuradukkan keimanan dan ritual dalam agama, melainkan menghargai eksistensi agama yang dianut orang lain. Adalah kemustahilan, kita memaksakan ajaran agama kita ke dalam ajaran agama orang lain.

Tasamuh adalah akhlak terpuji dalam pergaulan di mana ada rasa saling menghormati dan menghargai antara satu dengan lainnya tetapi masih dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran agama. Kita semua adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sikap tasamuh sangat penting diterapkan untuk menciptakan rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama.

Dalam kehidupan bermasyarakat, pertentangan atau perbedaan adalah hal yang wajar, mengingat setiap manusia memiliki sifat dan pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut jika tidak ditanggulangi dengan sikap tasamuh, maka dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, penerapan sikap tasamuh adalah kunci untuk menghindari pertentangan besar di kemudian hari. Dengan menerapkan sikap tasamuh, seseorang akan dapat menyelesaikan permasalahan dengan tenang dan kepala dingin.

 

Dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 10 dikatakan "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua sadaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." Penjelasan tentang praktik tasamuh ini juga dapat dilacak dalam Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6. Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam sangat toleran terhadap adanya perbedaan agama. Pada akhir ayat ditegaskan, bagimu agamamu, dan bagiku agamaku. Tidak ada paksaan pula dalam memilih agama, sebagaimana diinformasikan Q.S.  Al-Baqarah ayat 256.

Selain itu HR Bukhari juga menyebutkan Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara." (HR Bukhari).

Terdapat beberapa manfaat tasamuh, di antaranya sebagai berikut:

  • 1.      Meningkatkan rasa persaudaraan antar sesama anak bangsa.
  • 2.      Menjaga kedamaian dan kerukunan bersama.
  • 3.      Mempererat persatuan dan kesatuan antar sesama manusia.
  • 4.      Mempermudah urusan dalam kehidupan bermasyarakat.
  • 5.      Mengembangkan sikap menghargai dan menghormati serta tenggang rasa       terhadap sesama   manusia.
  • 6.      Menjaga norma-norma agama, sosial dan adat istiadat.
  • 7.      Menjaga dan menghormati hak dan kewajiban orang lain.
  • 8.      Menumbuhkan sikap bertanggungjawab terhadap lingkungan masyarakat.

Beberapa contoh sikap tasamuh diantaranya, menghentikan sementara acara atau rapat karena tiba waktu shalat. Tidak menyalakan klakson motor atau mobil ketika melewati tempat ibadah. Ikut menjaga keamanan dan ketertiban pada waktu umat agama lain merayakan hari rayanya. Memberi waktu untuk libur bagi karyawan yang sedang berhari raya. Menghormati pendapat orang lain terhadap penafsiran dan pemahaman suatu masalah. Tidak makan di sembarang tempat pada waktu siang hari di bulan puasa. Dan masih banyak seabrek lainnya contoh sika tasamuh yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tasamuh bukanlah sekedar kata-kata yang tersusun indah, tapi ia adalah sikap dan perilaku warga Negara yang harus senantiasa diwujudnyatakan dalam relasi kehidupan sehari-hari sehingga hal ini akan mendorong terciptanya situasi yang damai, aman, nyaman, kondusif, dan penuh dengan tenggangrasa. Demikian penjelasan singkat tentang tasamuh.

Salam Moderasi Beragama!!

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado

 

Nilai Moderasi: I’tidal – Tegak Lurus

 

Moderasi Beragama adalah suatu cara pandang atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. Sekarang kita akan membahasa i’tidal salah satu nilai atau karakter moderasi beragama.

Dalam fiqih sholat kita juga mengenal istilah I'tidal. Bahkan ia merupakan rukan salah satu rukun sholat. I’tidal  berupa gerakan bangun dari ruku' dan dilakukan sebelum sujud. Gerakan i'tidal dilakukan dengan cara berdiri tegak setelah melaksanan ruku', mengangkat kedua tangan setinggi telinga (laki-laki) atau sebatas dada (perempuan).

Sebangun dengan artian I’tidal dalam fiqih sholat, I’tidal sebagai salah satu nilai dan karakter moderasi beragama juga berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan atau ke kiri. Kata ini diambil dari kata al-adlu yang berarti keadilan atau I’dilu yang artinya bersikap adilah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Maidah/5: 8 yang berbunyi:

8. Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan  karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

I’tidâl juga dapat diartikan sebagai upaya menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak serta memenuhi kewajiban secara proporsional. Sikap ini harus ada dan tertanam dalam diri kita, keluarga, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Lahirnya keadilan akan melahirkan kebaikan-kebaikan baru dalam kehidupan yang jauh dari aniaya atau kezaliman. Kezaliman bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Sikap ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan  lurus di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat atau kehidupan bersama. Kesimpulannya, dengan sikap I’tidal ini kita akan selalu menjadi bagian kelompok yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang condong pada paham-paham ekstrim.

Salam Moderasi Beragama!!

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado

Kamis, 04 November 2021

Relasi Resolusi Jihad dan Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya


Rakyat dan negeri ini sepatutnya bersyukur atas adanya peristiwa Resolusi Jihad dan Pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya. Tanpa dua peristiwa ini bisa jadi kata Indonesia tinggallah kata tanpa  makna eksistensi. Indonesia yang saat itu baru saja diproklamirkan harus rela akan kembali dikangkangi oleh kaum kolonialis Belanda dan sekutu pimpinan Inggris. Saat itu Indonesia baru berusia sekitar dua bulan sebagai Negara merdeka ketika dua peristiwa maha penting itu terjadi.

Negara tanpa tentara nasional harus menerima kenyataan pahit kembali mendapat rongrongan, infiltrasi, gertakan dan pressure yang lebih tepatnya disebut sebagai teror dari satu Negara kepada mantan Negara jajahannya. Namun Indonesia bukanlah Negara kecil. Indonesia bukan saja memiliki rakyat dengan jumlah yang besar, tapi juga memiliki nyali yang tidak bisa dianggap enteng. Selain memiliki rakyat, Indonesia juga memiliki pemimpin-pemimpin revolusi sebagai umaro dan juga para ulama yang doanya tembus ke langit. Indonesia memiliki Soekarno sebagai pemimpin revolusi dan Hadratus Syeikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’arie dan para kiai sebagai motor dan dinamisator penggerak perjuangan rakyat.

Sebagai bukti napak tilas perjuangan ini adalah naskah Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama. Sehingga tidak berlebihan jika pada tahun 2015, Presiden Ke-7 Indonesia Mister Joko Widodo memberikan apresiasi atas peran santri dan kiai dalam mempertahankan kemerdekaan. Apresiasi itu dituangkan dalam sebuah Surat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan Hari Santri Nasional. Pada tahun 1945 terbukti para santri dan kiai telah menancapkan tonggak sejarah dan mengukirnya dengan tinta emas. Kalangan santri yang dicap sebagai kaum sarungan dan gudikan telah membuktikan darma baktinya untuk negeri ini. Mereka memahami spirit dakwah dengan baik. Bagaimana mungkin membangun masyarakat dan agama di atas tanah negeri yang bersengketa. Mereka meyakini ajaran agama apapun bisa tumbuh subur di atas bumi yang damai dan bersahaja.

Kehadiran Resolusi Jihad memperkuat peristiwa pertempuran 10 November, tanpa dua peristiwa ini bisa jadi Indonesia tinggallah kenangan. Peristiwa pertempuran 10 November sendiri bukanlah peristiwa tunggal. Peristiwa ini adalah titik puncak sekaligus pemicu timbulnya gerakan-gerakan perjuangan perlawanan rakyat Indonesia terhadap imperialis Belanda yang tamak dan rakus ingin kembali mengkoloni Nusantara. Setelah kematian Brigadir Jenderal Mallaby, Inggris mengultimatum arek-arek Suroboyo untuk menyerah. Ultimatum tersebut meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjtaan dan menghentikan perlawanan pada tentara sekutu dan NICA serta ancaman akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila Indonesia tidak menaati perintah Inggris.

Mendengar ancaman itu arek-arek Suroboyo semakin beringas dan terbakar semangat mereka. Di bawah komando Bung Tomo dan Gubernur Suryo, semangat perjuangan mereka memuncah dan terjadilah tragedi pertempuran 10 November 1945 yang terkenal itu. Sekitar 20,000 pejuang dan penduduk Surabaya meninggal, 150.000 penduduk terpaksa mengungsi meninggalkan kota Surabaya, dan hanya 1.600 tentara sekutu yang tewas, luka, dan hilang. Peperangan di manapun pasti membawa korban dan menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan. Percayalah banyak peperangan terjadi di dunia ini karena nasfu segenlintir orang yang kemudian menyeret dan merugikan banyak rakyat kecil. Mari kirimkan fatiihah untuk untuk para suhada bangsa korban pertempuran 10 November 1945.  

Selamat Hari Pahlawan 10 November 2021

Pahlawanku Inspirasiku!!

Salam Moderasi Beragama

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

(Guru SMK Islam Yapim Manado)


Gerakan Moderasi Beragama Berbasis Ekstrakurikuler di SMK Islam Yapim Manado

 


A. Latar Belakang

Abad 21  adalah abad yang penuh dengan tantangan dan harapan.  Jika  di abad 20  merupakan masa di mana bangsa ini berjuang mati-matian merebut kemerdekaan,  di abad ini sebagai negara dan bangsa Indonesia dihadapkan dengan sebuah tantangan yang luar biasa berat yang menuntut kompetensi di semua lini kehidupan. Abad ini adalah abad persaingan,  hanya negara yang mampu bersainglah yang akan tetap survive untuk bertahan hidup. Negara-negara yang tidak memiliki kemampuan akan tertinggal dan cenderung terpinggirkan dalam percaturan dunia internasional.

Di abad  industri 4.0 ini,  setiap bangsa membutuhkan sumber daya,  potensi,  dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah  kemampuan untuk mengelola sumber daya dan potensi yang dimiliki.  Adanya sumber daya dan potensi tanpa ada kemampuan untuk mengelolanya dengan optimal akan melahirkan masalah baru dalam sebuah negara. Indonesia sebagai negara besar yang memiliki sumber daya dan potensi dengan jumlah yang juga luar biasa besar harus mampu menggunakan  dan mengambil kesempatan ini  untuk  kemakmuran dan kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.

Jawaban yang paling mungkin untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal  adalah melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia Indonesia diajarkan sikap yang baik, diajarkan pengetahuan, dan keterampilan. Namun sayang di era industri 4.0 ini, pendidikan Indonesia menghadapi beragam masalah. Semenjak pandemi Covid-19 di akhir tahun 2019 hingga saat ini pendidikan Indonesia terkesan berjalan di tempat jika kita tidak ingin mengatakan mengalami kemunduran.

Era digital dan perkembangan teknologi saat ini menempatkan posisi lembaga pendidikan pada posisi yang dilematis. Di satu sisi lembaga pendidikan dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal,  di sisi lain era digital dan perkembangan teknologi termasuk didalamnya teknologi informasi begitu kuat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Lembaga pendidikan hampir-hampir tidak mampu memberikan pengaruh baik  kepada peserta didik karena  hampir sebagian besar waktu yang dimiliki peserta didik terpakai untuk urusan media sosial  melalui gadget-gadget canggih yang mereka miliki.

Melalui gawai ini mereka belajar banyak hal,  dari hal yang bisa membangun kepribadian mereka hingga hal yang bisa menjerumuskan mereka dan membahayakan masa depannya. Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terdapat lebih 67 % konten-konten keagamaan di media sosial yang dapat diidentifikasi memiliki potensi buruk terhadap kehidupan bangsa dan bernegara. Karena konten-kontennya terkait intoleransi, ajaran radikal, ujaran kebencian,   hasutan,  hoaks,  intimidasi  dan lain-lain. Dimana semua ini ditujukan untuk melawan negara, untuk melawan pemimpin yang sah yang telah dipilih secara konstitusional dan demokratis.

Selain itu media sosial juga banyak digunakan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi mereka yaitu ideologi takfiri.  Ideologi ini berbahaya untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Karena dalam ajaran ideologi bukan hanya mereka yang berbeda agama yang kafir namun mereka yang seagamapun yang berseberangan pendapat dengan kelompoknya akan dihukumi sebagai kelompok kafir,  yang halal darahnya untuk ditumpahkan.

Selain kelompok radikal ini ada kelompok yang lain yakni kelompok liberal.  Kelompok ini berbeda dengan kelompok pertama. Karena kelompok ini mengajarkan kebebasan individu yang sebebas-bebasnya. Norma masyarakat dan agama tidak memiliki posisi penting dalam pandangan mereka. Bahkan norma masyarakat dan agama perlu ditafsir ulang demi kemaslahatan kehidupan individu orang perorang.   Selain dua kelompok ini ada juga kelompok-kelompok yang lainnya,  yakni kelompok yang berpaham  komunisme,  marxisme, leninisme, sosialisme,  dan isme-isme yang lain. Sederhananya mereka ini bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok atau aliran besar yakni  aliran kanan dan aliran kiri.

Dua aliran besar ini memiliki cara dan gayanya masing-masing dalam menyebarkan ajaran atau ideologi kepada masyarakat. Dua ajaran aliran ini adalah ajaran yang tidak bersesuaian dengan ajaran luhur nenek moyang kita bangsa Indonesia.  Bangsa ini memiliki ciri yang tidak dimiliki sebagiannya oleh bangsa-bangsa lain yakni memiliki local wisdom seperti menyukai gotong-royong, hormat menghormati santun,  dan suka menjalin silaturahmi. Karena itu sangat bisa dipahami para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa,  yang diharapkan dapat merekatkan hubungan antar sesama anak bangsa dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote.

Untuk menjaga Indonesia tetap kokoh maka perlu adanya upaya transfer nilai  pentingnya menghargai keberagaman dan keberagamaan. Potensi gesekan keberagaman dan keberagamaan terbuka lebar bisa terjadi di bumi pertiwi Indonesia.  Mengingat negeri ini  memiliki  keberbedaan  dalam banyak hal. Dalam hal suku, bahasa,  agama,  ras dan lain-lain. Karena itu dalam kehidupan bermasyarakat harus diajarkan kepada masyarakat agar memiliki cara pandang moderat dalam menghadapi problema kehidupan kemasyarakatan, keumatan, dan kebangsaan.

Cara pandang moderat ini harus diajarkan  bukan hanya sebagai pengetahuan tapi juga sebagai satu nilai nilai kebaikan bersama yang dianut oleh setiap warga negara. Yang selanjutnya diharapkan menjadi pola laku  atau pola hidup masyarakat  di dalam kehidupan yang majemuk ini. Cara pandang yang moderat ini harus diajarkan sedini mungkin kepada seluruh generasi republik ini.  Karenanya sekolah menjadi pilihan dan bagian penting dalam upaya menabur dan menyebarkan serta menanamkan ide-ide perdamaian sebagai ejawantah cara pandang yang moderat itu.

 

B. Gerakan Moderasi Beragama di SMK Islam Yapim Manado

SMK Islam Yapim Manado sendiri sebagai salah satu SMK yang ada di kota Manado Sulawesi Utara. Sekolah ini ini adalah sekolah swasta Islam terbesar setidaknya di Kota Manado. SMK Islam Yapim  Manado memiliki kurang lebih 300 peserta didik dan 23 tenaga pengajar. Peserta didik dan tenaga pengajar berasal dari beragam suku dan sebagian kecilnya berbeda agama. Secara ekonomi peserta didik berasal dari keluarga menengah ke bawah, dan mayoritas orang tua mereka bekerja di pasar tradisional, tukang bangunan, nelayan, dan pekerja serabutan.

Berdasarkan sisi kesukuan, kelompok suku Gorontalo yang paling besar. Selain itu ada juga Jawa, Makassar, Bugis, Ternate, Buton, Bolaang Mongondow, dan Minahasa bahkan ada yang berketurunan China dan Arab. Meskipun demikian, kondisi seperti ini tidak membuat kami saling mencurigai atau memberikan penilaian minor  terhadap satu dengan lainnya. Kami selalu berupaya menjaga kebersamaan dengan menjaga silaturahim bersama.

Berkenaan dengan masyarakat sekolah, sekolah selalu berupaya mendorong terciptanya gerakan moderasi beragama di lingkungan satuan pendidikan. Karena kami sadar sesadar-sadarnya bahwa gerakan moderasi beragama ini,  akan lebih efektif dijalankan di lingkungan satuan pendidikan. Transfer nilai moderasi ini perlu disosialisasikan terus menerus secara berkesinambungan karena dibutuhkan pembiasaan untuk menerimanya sebagai sebuah nilai baru dalam kehidupan kemasyarakatan, keumatan, dan kebangsaan.

Penanaman nilai-nilai moderasi beragama di sekolah dapat dijalankan melalui proses pembelajaran intrakurikuler maupun extrakurikuler. Melalui pembelajaran ini peserta didik akan diarahkan, dibina dan didorong untuk memahami nilai-nilai moderasi beragama yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.  Peserta didik dipahamkan bahwa mereka hidup dalam satu komunitas lingkungan masyarakat yang beraneka ragam penuh dengan kebhinekaan sehingga peserta didik harus mampu dan senantiasa berusaha untuk bersikap ramah, bertoleransi,  dan saling menghormati antara yang satu dengan yang lainnya.

Peserta didik harus diyakinkan perbedaan bukanlah masalah dalam kehidupan,  karena masalah utamanya adalah cara pandang kita dalam menghadapi atau merespon perbedaan itu sendiri.  Kematangan intelektual tidak menjamin kematangan emosional seseorang dalam bersikap ketika hidup dalam sebuah komunitas yang sangat plural ini. Sikap eksklusif harus kita hindari dengan menggantinya dengan sikap inklusif yakni sikap yang penuh dengan keterbukaan dalam menerima perbedaan yang ada. Seseorang yang terbiasa hidup dalam lingkungan masyarakat yang homogen tentu akan berbeda sikapnya jika dibandingkan dengan orang yang terbiasa dengan kehidupan masyarakat yang heterogen.

Penanaman nilai moderasi beragama hanya bisa terwujud jika ada upaya pembiasaan penanaman sikap yang selalu digaungkan dan dijalankan  secara sadar sampai hal itu menjadi kebiasaan dan kesadaran baru bagi individu dan masyarakat. Artinya kebiasaan ini perlu dibentuk secara perlahan dan berkesinambungan sehingga benar-benar akan  menjadi   kebiasaan dan kesadaran bukan hanya sebagai individu tetapi juga secara kolektif. Tidak mudah menanamkan nilai-nilai moderasi di tengah gerusan dan terpaan badai informasi yang dipenuhi dengan hoaxs,  hate speech atau ujaran kebencian,  hasutan, fitnahan, cacimakian, ancaman, dan hinaan atau bullying.

SMK Islam Yapim Manado telah berupaya mengintegrasikan pembelajaran intrakurikuler dengan ekstrakurikuler. Dalam Pembelajaran intrakurikuler setiap guru diwajibkan mengajarkan pembelajarannya dengan penerapan nilai-nilai moderasi. Nilai-nilai moderasi yang dimaksudkan adalah nilai tawasut / pertengahan, i’tidal / tegak lurus, tasamuh / toleransi, syura’ / musyawarah, islah / reformatif, qudwah / kepeloporan, muwwathonah / kewargaan,  dhid al-unuf / anti kekerasan, dan i’tibar al-urf / ramah budaya. Ruangan kelas merupakan ruang publik terbatas yang harus dikondisikan sebagai wahana belajar bukan hanya pengetahuan dan ketrampilan tapi juga belajar nilai-nilai yang memiliki nilai manfaat bagi kehidupan peserta didik di kemudian hari.

Sejalan dengan pembelajaran intrakurikuler, pembelajaran ekstrakurikuler juga diarahkan untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama. Nilai-nilai moderasi beragama yang dipahami oleh peserta didik nantinya akan bisa dikembangkan dalam menyikapi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam program pembelajaran ekstrakurikuler sendiri SMK Islam Yapim Manado menerjemahkannya dalam beberapa kegiatan. Diantaranya kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Bela Negara / LKBN, Pesantren Kilat (Sanlat), Tazkir Mingguan / Bulanan, Tafakur Alam, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), Class Meeting, dan Kepramukaan.

Pertama, kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Bela Negara / LKBN. Kegiatan ini diselenggarakan selama 3 hari 2 malam dengan mengambil lokasi di dalam hutan atau di tepi pantai, jadi kegiatan bersifat outdoor activity. Kegiatan ini panitia utamanya adalah pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Pembina Rohis beserta unsur guru lainnya. Peserta adalah peserta didik yang sudah dipilih dan memiliki kualifikasi kepemimpinan dan tentu juga mendapatkan izin dari orang tua mereka masing-masing. Adapun jumlah peserta sudah ditentukan berdasarkan surat keputusan kepala sekolah sekitar 50 s/d 60 peserta didik.

Pemateri kegiatan ini berasal dari beberapa unsur yakni unsur guru, TNI, Polri, BNN, Ormas Pemuda, dan alumni. Adapun konten materi  yang biasa diberikan diantaranya pelajar dan bela negara, patriotisme dan nasionalisme, meneguhkan NKRI dan Islam Nusantara, cinta tanah air, kepemimpinan pelajar zaman now, pemimpin dan kemandirian sikap, pemantapan mental dan pribadi pemimpin, ancaman narkotika bagi generasi muda, arif dalam bermedia sosial, peraturan baris berbaris (PBB), hiking malam, ice breaking dan games, serta kegiatan ibadah keagamaan. Output kegiatan ini adalah terbentuknya pemimpin pelajar yang kuat mental fisik jasmani, memiliki pengatahuan dan wawasan kebangsaan yang cukup, terciptanya solidaritas antar pelajar, handal dan cekatan dalam menyelesaikan problema organisasi, dan terciptanya pelajar yang taat beribadah.

Kedua, kegiatan pesantren kilat (Sanlat). Kegiatan ini dilaksanakn 2 (dua) kali dalam setahun setiap akhir semester ganjil dan genap. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 (tiga) hari di sekolah. Panitia pelaksananya adalah pengurus rohani Islam (Rohis) SMK Islam Yapim Manado melalui pembinaan dan pendampingan pembina rohis atau guru agama beserta guru-guru yang lain. Sementara pematerinya berasal dari kalangan internal dan eksternal. Adapun materi pesantren kilat diantaranya selain materi penguatan fiqih keagamaan ada juga materi yang lain yaitu bab Iman, Islam, dan Ihsan, manusia dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, pergaulan milenials zaman now, Aswaja dan Islam Nusantra, Perjuangan dan Keteladanan Rasulullah ketika berdakwah di Mekkah dan Madinah, Al-Qur’an dan Media Sosial, serta beragam games rohis. Output kegiatan ini adalah terbentuk peserta didik yang memiliki wawasan Islam inklusif yakni Islam yang terbuka dan berpandangan moderat dalam beragama, selain itu diharapkan peserta didik juga memahami pola dakwah Islam di Nusantara.

Program atau kegiatan yang ketiga adalah tazkir mingguan atau bulanan. Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh pengurus rohis SMK Islam Yapim Manado. Pelaksanaan kegiatan diserahkan secara total kepada pengurus rohis SMK Islam Yapim Manado. Petugas kegiatan adalah peserta didik yang ditunjuk oleh pengurus rohis dibawah binaan pembina rohis. Unsur pembawa acara, pembawa kalam ilahi, sambutan rohis, pembawa do’a, dan bahkan pembawa tausiyah sekali waktu. Berkiatan dengan materi tausiyah konten dan penyampaiannya selalu menggunakan pendekatan moderat. Sementara pembawa tausiyah yang diundang dapat dipastikan adalah dai atau ustadz yang bukan hanya memiliki wawasan keagamaan tapi juga memiliki wawasan kebangsaan. Sehingga peserta didik selain memahami semangat atau sentuhan spiritualnya juga mendapatkan pengetahuan tentang nilai-nilai kebangsaan. Selain itu peserta didik juga dapat mengetahui dan memahami titik temu startegis antara agama dan negara.

Keempat, adalah kegiatan tafakur alam. Kegiatan ini sebenar adalah kegiatan modifikasi atau pengganti dari kegiatan tazkir bulanan. Tazkir bulan yang tidak dilaksanakan di lingkungan sekolah biasanya kami alihkan di luar atau outdoor. Kegiatan ini tujuannya adalah untuk memperkenalkan peserta didik dengan kebesaran Allah Swt., beserta alam ciptaan-Nya. Dengan tafakur alam, peserta didik dapat memahami bahwa tidak ada yang sia-sia dari pencipataan alam semesta. Karena hal terkecilpun memiliki manfaat bagi yang lain. Sehingga akan muncul pemahaman dalam diri peserta didik bahwa semua perbedaan yang ada di alam semesta adalah kehendak Allah Yang Maha Mencipta. Dengan demikian peserta didik diajarkan dengan sikap menerima perbedaan dan mampu mengaplikasikan sikap moderat. Selain itu kegiatan ini sekaligus upaya sekolah dalam rangka mempererat tali silaturahim antar sesama masyarakat sekolah.

Kegiatan selanjutnya adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kegiatan ini tidak kalah pentingnya dalam upaya sekolah menanamkan nilai-nilai moderasi bagi peserta didik baru. Peserta didik baru akan diajarkan tentang lingkungan sekolah yang penuh dengan kebhinekaan atau perbedaan. Perbedaan yang harus disikapi dengan arif dan bijaksana. Karena sungguh bukan karena perbedaan masalah muncul tapi karena cara pandang kita terhadap perbedaan itu sendiri. Memang tidak mudah mencari titik temu banyak hal yang berbeda. Tapi itulah yang memberikan nilai lebih bagi manusia yang memiliki banyak potensi termasuk potensi akal dan pikiran serta hati, dan dengannya kita menjadi berbeda dengan binatang.

Keenam adalah kegiatan perayaan hari besar Islam (PHBI) di lingkungan SMK Islam Yapim Manado. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat suplemen bagi penguatan konten-konten materi pendidikan agama Islam di sekolah. Kegiatan yang sifatnya setahun sekali ini, kita isi dengan perlombaan dan serimonial keagamaan dalam kegiatan perayaan. Semua unsur sekolah terlibat begitu juga dengan unsur yayasan. Melalui acara ini tali silatuhim juga tetap terjaga. Kegiatan perayaan hari besar yang biasa diselenggarakan adalah Maulid Nabi Saw., Isra’ Mi’raj, Perayaan Tahun Baru Hijriyah, dan Halal bi Halal.

Ketujuh adalah kegiatan classmeeting. Kegiatan ini adalah ajang temu lomba antar kelas yang biasanya diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Perlombaan yang digelar antara lain lomba kebersihan kelas, lomba pidato, lomba puisi, cerdas cermat, dan beragam perlombaan yang bersifat menghibur seperti tarik tambang, makan kerupuk, lari kelereng, botol paku, goyang balon, dan lain-lain. Selain untuk memeriahkan HUT RI, misi classmeeting adalah perihal unjuk kompetensi dan kompetisi. Dalam kegiatan ini peserta didik diajarkan perihal persaingan hidup, bagaimana bekerja secara tim, bagaimana menghadapi dan menghormati lawan, dan yang lebih penting adalah peserta didik diajarkan arti penting kemerdekaan bagi suatu negeri. Kemerdekaan dahulunya diperjuangkan dengan semangat, keringat, harta, bahkan jiwa. Karenanya kemerdekaan yang dirasakan sekarang harus diisi dengan semangat juang belajar dan bekerja untuk kejayaan bangsa dan negara.

Kegiatan yang terakhir adalah ekstrakurikuler kepramukaan. Kegiatan ini juga memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian diri peserta didik. Melalui kegiatan ini peserta didik dididik untuk memiliki jiwa yang kuat melalui Dasa Darma dan Tri Satya. Penggemblengan diri peserta didik untuk selalu mencintai tanah air dan bersedia berkorban untuk ibu pertiwi. Kegiatan kepramukaan sangat baik dalam upaya menumbuhkan rasa nasionalisne atau kebangsaan. Bangsa yang kuat memerlukan topangan generasi yang kuat pula. Dengan demikian kepramukaan dapat dioptimalkan fungsinya untuk menyerap dan menyebarkan ide-ide moderasi di kalangan pemuda pelajar Indonesia.

Kedelapan kegiatan yang disebutkan di atas telah dan akan terus dilaksanakan oleh SMK Islam Yapim Manado. Sebagai rencana tindak lanjut sosialisasi dan dokumentasi, sekolah ini telah membuat baliho gerakan moderasi beragama, poster damai online-offline, majalah dinding online-offline, weblog www.gupaymoderasi.com, channel youtube, pemanfaatn media sosial untuk kampanye moderasi beragama di grup facebook, instagram, dan tik tok. 

 

C. Penutup

Gerakan moderasi beragama tidak bisa berjalan tanpa adanya kesadaran anak negeri ini untuk bersatu bersama dengan kesadarn untuk bergerak bersama. Kesamaan pandangan terkait moderasi beragama mutlak diperlukan jika kita menginginkan project besar ini bisa berjalan secara optimal. Semua stakeholder harus bersatu untuk tujuan yang sama yaitu terciptanya Indonesia damai, rukun, aman, nyaman, dan penuh toleransi dengan hubbul wathon minal imannya.

SMK Islam Yapim Manado telah berupaya untuk menyosialisasikan dan mengampayekan gerakan moderasi beragama ini pada level satuan pendidikan. Selanjutnya diperlukan langkah deseminasi lebih lanjut untuk menggaungkan gerakan ini lebih masif dan luas. Pelibatan atau partisipasi menjadi kata kunci berhasilnya project besar ini. Karena itu dituntut adanya kesadaran masyarakat sekolah untuk terlibat langsung dalam gerakan ini. Sekanjutnya dapat diduplikasikan atau dideseminasikan ke satuan-satuan pendidikan yang lain melalui forum siswa, guru, atau kepala sekolah.

Langkah kecil yang telah diambil dan dijalankan ini semoga bermanfaat untuk bangsa dan negeri ini. Ide-ide moderasi harus terus didorong menjadi nilai-nilai baru yang dipahami sebagai sebuah kebutuhan mendesak bagi masayarakat bangsa yang menempatkan agama sebagai sumber etika, inspirasi, dan spiritualitas. Indonesia bukanlah negara sekuler tapi juga bukan negara agama, karenanya gerakan moderasi ini dinilai urgen sebagai suatu jalan tengah yang panjang untuk memediasi keduanya.

Penulis:

Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado